Setelah satu bulan proses residensi seni di PSBK, Danstheater AYA (Belanda) dan Maharani Dance (Indonesia) mempersembahkan sebuah presentasi tari kolaboratif berjudul ‘Tjampoer’. Rangkaian proyek ini mengetengahkan koneksi dalam tari dan musik antara Indonesia dan Belanda atas dasar kesetaraan.
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) bekerja sama dengan Erasmus Huis dalam sebuah misi budaya lintas negara, program Dance Collaboration Residency yang dilaksanakan di Yogyakarta. Residensi ini mempertemukan kelompok Danstheater AYA dari Belanda dengan kelompok Maharani Dance asal Indonesia. Para seniman yang terlibat diantaranya Louise Lucie Maria Bloemen (koreografer), Ali Zanad (penari), Rosanne Dominique Bakker (penari), Hans Adriaan Vermunt (musisi), Maharani Ayuk Listyaningrum (koreografer), Shakira Diva Dovendra (penari), Fachry Destyanto Matlawa (penari) dan Galih Nagaseno (musisi).
Kemitraan PSBK dan Erasmus Huis
Kemitraan antara PSBK dan Erasmus Huis sendiri telah terjalin sejak lama melalui Culture Development Program (2008-2011) yang memungkinkan pengembangan profesional seniman serta modul edukasi seni, serta beberapa program presentasi seni yang inklusif di panggung PSBK. Program Dance Collaboration Residency kali ini mewadahi konektivitas budaya melalui pertukaran artistik yang menjunjung tinggi pembelajaran bersama, tidak hanya bagi seniman tetapi juga bagi masyarakat.
“Pertukaran budaya ini merupakan cara yang lebih baik untuk mengkoneksikan orang-orang. Karena ketika satu budaya bertemu dengan lainnya, hal-hal menarik terjadi. Tentu saja kita memiliki latar belakang yang berbeda. Belanda dan Indonesia memiliki masa lalu yang besar sekali, baik yang bagus maupun tidak bagus. Saya rasa kita dapat belajar dari masa lalu. Ketika kita dapat saling mengenal satu sama lain, kita dapat membangun masa depan yang baru. Saya harap Erasmus Huis dan PSBK dapat bekerja sama lebih lanjut pada program residensi seniman di masa yang akan datang. Ini adalah cara yang sangat bagus untuk mengkoneksikan orang.” – Yolande Melsert, Head Culture & Communication, Director of Erasmus Huis.
“Kami sangat senang bahwa PSBK dapat memfasilitasi pertemuan kreatif penting antara seniman internasional dan lokal Indonesia yang menjunjung tinggi pembelajaran. Inti dari segala bentuk pertukaran artistik adalah konektivitas budaya yang memelihara tujuan hidup maupun profesional. PSBK menghargai kolaborasi yang benar-benar sesuai dengan misi bersama dan yang terbuka untuk saling menggali, memahami dan menginspirasi.” - Jeannie Park, Direktur Eksekutif Yayasan PSBK
Presentasi tari kolaboratif: Tjampoer
Residensi yang berlangsung selama sebulan ini memuat proses kolaborasi dan eksplorasi artistik diantara para seniman yang terlibat maupun penjelajahan mereka di sekitar tempat residensinya di Yogyakarta. Pada puncak program residensi ini, para seniman mempersembahkan sebuah presentasi tari kolaboratif berjudul ‘Tjampoer’ arahan koreografer Wies Bloemen (Belanda) dan Maharani Ayuk Listyaningrum (Indonesia).
“Kami berusaha untuk memahami apa kepribadian kami di proyek ini dan mengetahui identitas masing-masing.” Maharani Ayuk Listyaningrum, koreografer Maharani Dance.
“Orang-orang berbagi cerita hidupnya; hubungannya menjadi dalam ketika dapat mengekspresikan perasaan di dalamnya ke orang lain. Tentu saja kemudian bagaimana kita menarikannya, itulah yang kami berusaha tangkap.” Wies Bloemen, koreografer Danstheater AYA.
Kolaborasi ini akan ditampilkan di dua tempat yaitu:
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK) Yogyakarta pada 23 Juni 2022
Erasmus Huis Jakarta pada 28 Juni 2022.
Artist Statements
8 June 2022
Tjampoer
(English: mixed; Indonesian: campur)
We are working together for a period of 1 month to find a form for the things that are happening, while at the same time sharing our lives and making discoveries about each other.
We are making duets about getting to know each other -what makes us curious and what we want to know about each other (Indonesia-Holland).
We are making dances from traditional dance material and taking it to another level.
We are finding out what is typical of Indonesia and typical of Holland.
So, we made a techno dance.
We shared stories about our losses in life, our doubts and our dreams, and we made scenes to reflect this.
We are investigating the concept of power.
What is power? How does it feel and how can you dance ‘it’?
The power of an Indonesian person may be different from the power a Dutch person.
We are researching different forms of rituals from different religions and faiths.
And making a dance with flowers from that.
We are also looking at the comical, absurd, and painful images that we acquired from Colonialism - and formulating them into dance.
Wies Bloemen & Maharani Ayuk Listyaningrum
Choreographers
Tentang Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK)
Melanjutkan spirit maestro seni Bagong Kussudiardja, PSBK mewujudkan diri sebagai art-center dengan misi mendukung pengembangan kreatif seniman dan masyarakat umum untuk terus terhubung pada nilai-nilai seni dan budaya, keberlanjutannya, dan penciptaan nilai-nilai budaya melalui seni. PSBK hadir sebagai laboratorium kreatif, tempat berkumpul, dan ruang presen tasi karya seniman dari berbagai disiplin. PSBK menghadirkan karya seniman-seniman muda, fasilitasi riset-riset artistik dan pengembangan profesional seniman maupun masyarakat umum, dan merancang program-program untuk meningkatkan community engagement dan pengembangan jaringan, melalui kesenian.
Selengkapnya: www.PSBK.or.id
Tentang Erasmus Huis
Erasmus Huis adalah pusat kebudayaan Belanda di Jakarta dan tempat berkumpulnya semua orang. Dengan fokus pada program dan pameran musik, Erasmus Huis telah membangun reputasi sebagai pusat budaya yang dinamis dan aksesibel. Erasmus Huis juga menawarkan program tari, film dan kuliah.
Selengkapnya: www.netherlandsandyou.nl/erasmushuis
Tentang Danstheater AYA
AYA didirikan pada tahun 1990 oleh direktur artistik dan koreografer Wies Bloemen, awalnya sebagai perusahaan tari untuk orang dewasa. Sejak AYA mendulang sukses secara nasional dan internasional melalui pertunjukan Bronsttijd (Musim Kawin, 1996), tentang seksualitas dan cinta, Wies Bloemen memutuskan untuk membidik secara khusus pada kaum muda.
Kekaguman, rasa ingin tahu, dan komitmen sosial selalu menjadi dasar karya AYA. AYA tidak mencari estetika tetapi melihat apa yang ada di balik fasad. Menunjukkan manusia dalam segala kejujuran, kerentanan, mendasar, mentah dan tidak dipoles, menembus keindahan dan kesombongan. Tari bukan hanya tujuan tetapi sarana dan Bahasa untuk menarik generasi muda saat ini. Rasa ingin berkomunikasi dengan kaum muda tentang hal-hal yang menjadi perhatian mereka adalah tujuan utamanya. AYA ingin melakukannya dengan pertunjukan yang energik, langsung dan jujur tentang subyek dari kehidupan nyata kaum muda. Dengan cara ini, AYA menawarkan mereka kesempatan untuk membiarkan tari memainkan peran penting dalam kehidupan mereka.
Selengkapnya: https://www.aya.nl/
Profil Seniman dapat diakses di melalui post blog di https://bit.ly/tjampoer
Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK)
Bidang Komunikasi & Kemitraan
media@psbk.or.id
www.psbk.or.id
Comments