Jalan Kebudayaan Jalan Kemanusiaan
Program Indonesia Kita sudah berpentas dalam 30 judul pertunjukan. Di tahun 2019 ini hadir kembali dengan mengangkat “Jalan Kebudayaan Jalan Kemanusiaan” sebagai tema utama.
Pentas-pentas Indonesia Kita yang memilih kesenian sebagai upaya untuk menjadi Indonesia, kini semakin terasa relevan untuk mengajak, menemukan dan menumbuhkan kembali kepekaan, kesadaran dan kemanusiaan kita. Melalui lakon-lakon yang digelar Indonesia Kita, seni pertunjukan sering diibaratkan seperti oase di tengah kegersangan. Indonesia Kita menghadirkan seni di antara masyarakat yang melampaui sekat dan batas-batas suku, agama dan orientasi politik. Seni merupakan refleksi kompleksitas manusia dengan beragam dimensi.
Kesadaran inilah yang mendasari proses kreativitas dalam menciptakan pertunjukan Indonesia Kita sepanjang tahun 2019 di mana kita semua berada di antara gegap gempita peristiwa politik, namun kebudayaan mengingatkan kita untuk memuliakan kemanusiaan.
Lakon Kanjeng Sepuh
Pentas perdana Indonesia Kita 2019 akan menjadi pentas ke 31 dalam proses ibadah kebudayaan yang dilakukan sejak tahun 2011. Melalui lakon berjudul “Kanjeng Sepuh”, Indonesia Kita mengajak kita semua untuk bersama-sama memelihara semangat ke-Indonesiaan melalui jalan kebudayaan.
Kanjeng Sepuh berkisah tentang orang-orang yang merasa ditinggalkan oleh jaman, hanya karena mereka tua. Di usianya yang semakin senja, seorang pemain wayang orang yang terkenal, merasa kesepian karena orang-orang di sekelilingnya mulai mengabaikannya. Bagaimanapun, jaman telah berubah. Suatu hari pemain wayang itu menyatakan bahwa ia didatangi Semar. Ia menyatakan diri bahwa ia adalah titisan Semar. Oleh orang-orang sekelilingnya, bahkan juga oleh sahabat-sahabat seumurannya, dia hanya dianggap cari perhatian. Apalagi tingkah Semar itu memang sering kekanak-kanakan.
Tapi sepertinya ia memang benar-benar telah menjadi titisan Semar. Ia memiliki kuncung di kepalanya. Kuncung sakti yang tak bisa dipotong. Seorang tukang cukur mencoba memotong kuncung itu, dengan gunting, gergaji, dengan bermacam peralatan yang paling tajam, tapi kuncung itu tak bisa dipotong.
Lalu pemain wayang itu menjadi terkenal sebagai Semar sakti, Semar yang memiliki banyak keajaiban. Dan banyak orang menjadi penasaran, termasuk penasaran untuk memotong kuncung di kepala Semar.
Kemudian seseorang datang, mengaku sebagai Arjuna. Ia berhasil memotong kuncung Sang Semar. Tentu saja Semar marah. Itu adalah penghinaan. Kemarahan Semar dianggap sebagai sikap kekanak-kanakan oleh Arjuna. Lalu Semar mengatakan bahwa, orang-orang dewasa telah membuat dunia ini menjadi buruk, kehidupan menjadi penuh tipu muslihat, penuh amarah dan dendam. Semua itu karena banyak orang dewasa telah kehilangan jiwa kanak-kanak yang riang dan sederhana. Semar sengaja mempertahankan jiwa kebocahannya. Ia ingin dirinya selalu menjadi kanak-kanak, tak ingin kehilangan jiwa kanak-kanak yang murni dan jujur.
Bagaimana lakon ini dipertontonkan? Siapakah yang berperan menjadi Semar dan Arjuna?
Saksikan lakon Kanjeng Sepuh yang merupakan episode 31 Indonesia Kita.
Program Indonesia Kita 2019
Jalan Kebudayaan Jalan Kemanusiaan
Pentas ke: 31
Judul Pentas: Kanjeng Sepuh
Jadwal: 2 kali pentas
Jumat, 22 Maret 2018 - Pukul 20.00 WIB
Sabtu, 23 Maret 2018 - Pukul 20.00 WIB
Venue: Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73, Jakarta Pusat
Tim Kreatif: Butet Kartaredjasa, Agus Noor, Djaduk Ferianto,
Naskah: Agus Noor
Sutradara: Sujiwo Tejo
Artistik: Ong Hari Wahyu
Penata Tari: Yosep Wahyu Tristiantoro, Kojack Kodrata & Kresna 'Peceng' Wijaya
Penata Musik: Bintang Indrianto
Pemain: Sujiwo Tejo, Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Wisben,
Joned, Yu Ningsih, Wulan Guritno, Soimah, Endah Laras, Rita Tila,
SAHITA, EKI Dance Company, Bianglala Voice, Bintang Indrianto dkk.
HTM Kanjeng Sepuh:
PLATINUM: Rp. 750.000
VVIP: Rp. 500.000
VIP: Rp. 300.000
BALKON: Rp. 150.000
Reservasi Tiket:
www.kayan.co.id
www.blibli.com
Informasi:
Kayan Production & Communications
0838 9971 5725 / 0813 1163 0001
Jangan Kapok Menjadi Indonesia.
Terima Kasih.
Tentang Indonesia Kita
Indonesia Kita mulai menggelar pertunjukan sejak tahun 2011, dan sejak itulah pentas-pentas yang diadakan menjadi “laboratorium kreatif” bagi berbagai seniman, baik lintas bidang, lintas kultural dan lintas generasi. Berjalan dari satu pentas ke pentas lainnya, pada akhirnya mengkristal menjadi sebuah ikhtiar untuk semakin memahami bagaimana proses “menjadi Indonesia”.
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia adalah sebuah “proses menjadi”, yakni sebuah proses yang terus menerus diupayakan, proses yang tak pernah selesai, untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita bersama, yaitu menjadi 'sebuah bangsa yang berkebudayaan’.
Indonesia Kita telah menjadi sebuah forum seni budaya yang bersifat terbuka, yang mempercayai jalan seni dan kebudayaan sebagai jalan yang sangat penting untuk mendukung 'proses menjadi Indonesia” itu. Terlebih-lebih ketika Indonesia hari ini seperti rentan dan penuh berbagai persoalan, maka merawat semangat ke-Indonesia-an menjadi sesuatu yang harus secara terus-menerus diupayakan.
Indonesia Kita yang secara berkala dan rutin diselenggarkan, pada akhirnya telah mampu meyakinkan penonton untuk melakukan apa yang seringkali disebut oleh Butet Kartaredjasa, sebagai “ibadah kebudayaan” yakni semangat untuk bersama-sama mendukung dan mengapresiasi karya seni budaya. Pentas-pentas Indonesia Kita mendapat apresiasi yang baik, tanggapan positif, dan mampu menjadi ruang interaksi tidak hanya antara seniman dan masyarakat penonton, melainkan juga antara penonton dan penonton. Sebuah komunitas kultural terbentuk, di mana penonton kemudian menghadiri pentas-pentas Indonesia Kita, sebagai wujud dari “ibadah kebudayaan”.