Jazz Buzz Salihara adalah program pembuka setiap tahun. Program ini digagas untuk memperkenalkan musik jazz mutakhir melalui serangkaian konser yang menghadirkan berbagai komposisi jazz terbaru yang eksploratif, cerdas, penuh inovasi dan segar, dengan format baru, yang tidak ditemui di panggung jazz pada umumnya.
Melanjutkan tema yang sama seperti tahun lalu, kini Jazz Sans Frontiéres 02 tetap menampilkan musikalitas jazz secara orisinal dan kreatif. Komunitas Salihara mengundang sejumlah pemusik jazz generasi terbaru yang memiliki bakat istimewa dengan sederet karya yang cemerlang, beriring dengan pengalaman pentas yang telah mapan dalam dunia jazz kontemporer Indonesia. Ada Andre Dinuth, gitaris solo yang juga merupakan salah satu personel band Six String. Ada Indra Perkasa, pemain bas dan komposer, yang juga dikenal sebagai penata musik dalam film Tabula Rasa. Lalu Cinconotas, grup vokal a capella, yang kerap tampil bersama Elfa Singers. Dan Arief Winanda, yang dalam kesempatan ini akan membawakan lagu-lagu yang terinspirasi dari imaji-imaji dalam seni tari. Untuk format band, kami menampilkan Attilion yang mengusung jazz progresif dan psikedelik. Adapun Imanissimo menampilkan aliran psikedelik rock dengan watak jazz eksperimental dan instrumental.
Jazz Buzz Salihara akan digelar selama tiga pekan sepanjang Februari 2017, dengan jadwal penampilan:
The Andre Dinuth Group: Sabtu, 11 Februari 2017, 20:00 WIB
Indra Perkasa & Gadgadasvara Ensemble: Minggu, 12 Februari 2017, 20:00 WIB
Attilion: Sabtu, 18 Februari 2017, 20:00 WIB
Cinconotas: Minggu, 19 Februari 2017, 20:00 WIB
Arief Winanda & Pamuncak Mudo: Sabtu, 25 Februari 2017, 20:00 WIB
Imanissimo : Minggu, 26 Februari 2017, 20:00 WIB
Untuk informasi selengkapnya, sila kunjungi www.salihara.org atau akun Twitter @salihara, Facebook ‘Salihara’, atau hubungi 021-789-1202, 0817-077-1913 dan info@salihara.org.
Profil:
Andre Dinuth adalah salah satu gitaris session yang kerap mengiringi vokalis-vokalis dan musisi Tanah Air seperti Glenn Fredly, Sandhy Sandoro dan Erwin Gutawa. Ia juga salah satu personel band Six String, bersama Dewa Budjana, Tohpati, Eross, Baim dan Baron. Ia pun telah merilis album solonya yang berjudul Andre Dinuth (2014) dan Here with You (2016). Andre Dinuth membawa serta grup bandnya, The Andre Dinuth Group. Mereka akan menghadirkan perpaduan musik jazz-rock dan rock progresif. Indra Perkasa adalah produser, komposer, konduktor dan pemain bas. Ia belajar musik di Institut Musik Daya Indonesia pada 2001 dan melanjutkan studinya di bidang musik latar (film scoring) di Universitas California, Los Angeles, Amerika Serikat. Di sana ia belajar musik latar kepada komposer-komposer terkemuka, seperti Robert Drasnin, Richard Marvin dan Craig Stuart Garfinkle. Sepulang dari Amerika Serikat, ia terlibat dalam beberapa proyek rekaman dan garapan bersama beberapa artis dan musisi Indonesia, dari rekaman album sampai penggarapan musik latar untuk film. Film Tabula Rasa (2014) adalah debutnya sebagai penata musik. Saat ini ia juga mengajar di Sjuman School of Music. Attilion adalah band beraliran post-rock yang dicampur anasir jazz progresif dan psikedelik. Band yang berdiri di Jakarta pada 2006 ini digawangi oleh Bowo C. (gitar), Mattheus (bas) dan Josh (drum). Bowo aktif sebagai musisi gereja IES South dan mengajar di Music Temple dan Jakarta Intercultural School. Mattheus bermain bas di band Kelakar. Adapun Joshua adalah drummer yang piawai memainkan musik samba, bossanova, jazz swing dan jazz tradisional. Attilion kerap tampil di beberapa festival musik di Jakarta, Yogyakarta dan Bandung. Yang terbaru adalah penampilan mereka pada Fusion Jungle (2016) di Rolling Stone Cafe, Kemang, dan Konser 1.000 Band (2016) di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai. Grup ini telah meluncurkan dua album: It Must Be (2011) dan Early Dawn (2015). Cinconotas adalah grup jazz vokal yang terbentuk pada 2014. Awalnya mereka kerap bermain bersama di Elfa's Jazz dan Pop Singers di bawah arahan Elfa Secioria. Cinconotas beranggotakan Elfa Tahmila (soprano), Sherine Farani Bahar (mezzo soprano), Puspita Wardhani Adjie (alto), Arif Dharma (tenor), Yanuareza Darmawan (bas, baritone). Di Jazz Buzz Salihara 2017 ini mereka akan berkolaborasi dengan pianis Boy Joshua Sihombing. Direktur artistik grup ini, Arif Dharma, adalah penyanyi dan pengisi suara andal. Arif pernah tampil bersama Elfa Secioria dan Elfa's Jazz & Pop Singers di Seoul (Korea Selatan), Xiamen (Cina), Graz (Austria), Darmstadt (Jerman). Juga di Java Jazz Festival, Brazilian Stage (2014), bersama Jeffrey Tahalele, Olle Pattiselano, Cendi Luntungan dan Peter Gontha. Saat ini Arif mengajar Konsentrasi Vokal di Jurusan Musik IMI SOCA. Arief Winanda akan diiringi oleh Pamuncak Mudo, yang beranggotakan Angelica Liviana (piano), Ganar Firziawan (gitar), Steve Virgian Pradana (saksofon), Michael Fernando (bas), Muhammad Fuad Rizki Ramadhan (perkusi). Arief Winanda mendalami musik perkusi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Ia pernah menjadi seniman mukiman di National Theatre of Korea atas undangan Korea Arts Council dan mengikuti Student Exchange Program JENESYS 2.0. atas dukungan Japan Foundation. Ia pernah berpentas di Singapore Youth Festival dan Solo International Performing Arts (SIPA) Festival. Ia kini tengah meneruskan studi di bidang Penciptaan Jurusan Seni Urban IKJ. Imanissimo adalah band progresif beraliran psikedelik rock dengan watak jazz eksperimental dan instrumental. Imanissimo berdiri atas prakarsa Iman Ismar dan kawan-kawan kuliahnya di IKJ pada 2001. Imanissimo pernah beberapa kali berganti personel hingga menemukan formasi mutakhirnya pada 2006, yaitu Johannes Jordan (gitar), Iman Ismar (bas), Raden Agung (keyboard) dan Marcellus Putra (drum). Keempat personelnya banyak terinspirasi dari musisi klasik, kontemporer dan beragam aliran musik lainnya. Band ini telah meluncurkan tiga album: Self Title (2002), Z’s Diary (2005) dan Happiness and Sadness (2013). Mereka pernah memperoleh Produksi Album Progressive Terbaik dari Anugerah Musik Indonesia (2005) untuk album Z’s Diary. Mereka juga masuk dalam album Indonesia Maharddhika (2014), kompilasi band progresif Indonesia. Saat ini mereka sedang mempromosikan album terbaru berjudul ENIGMA (2017).