top of page

DANCE HEGINBOTHAM, USA: Mempererat Persaudaraan Lewat Tarian


“It’s been a great privilege to dance with the people of Indonesia. My company and I have met and danced with people of many varied backgrounds and abilities, and learned that an intensely generous and hopeful is flourishing here.” - John Heginbotham Pada hari Kamis, 7 April 2016, sekitar pukul 15.00, Salihara sudah dipenuhi dengan berbagai komunitas dan berbagai kalangan; dari anak kecil hingga dewasa. Lantaran mereka diberi kesempatan berharga untuk melihat working rehearsal dari Dance Heginbotham. Pada malam hari--di hari yang sama--Dance Heginbotham akan mempertunjukkan tarian tersebut di depan barisan penonton yang sudah membeli tiket sampai habis. Tidak lama setelah pukul tiga, mereka semua memasuki ruang teater untuk menyaksikan pertunjukan yang ditunggu-tunggu tersebut. Terdapat empat sesi tarian dalam satu pertunjukan yang berdurasi satu jam. “Waltz Ending”, “Diamond”, “Rockefellers”, dan “Easy Win” akhirnya membentuk satu pertunjukan yang luar biasa memukau. Campuran ballet klasik dan tarian kontemporer akhirnya dapat membuat penonton terdiam terpukau. Alunan piano solo tanpa “embel-embel” musik elektronik juga membuat pertunjukan terasa lebih membumi. Total ada tujuh penari dan satu pianis yang tampil pada malam itu. Mereka semua menunjukkan kesungguhan dan gairah terhadap masing-masing sesi tarian. Tidak terhitung berapa peluh yang jatuh ke atas lantai dansa saat mereka melakukan latihan. John Eirich, Kristen Foote, Lindsey Jones, Courtney Lopes, Weaver Rhodes, Sarah Stanley, dan Macy Sullivan telah memperlihatkan profesionalitas dan kecintaan terhadap tarian mereka. John Heginbotham, sang koreografer, membebaskan penonton untuk menginterpretasikan karyanya. Pada karya “Easy Win”, penonton seperti melakukan kilas balik ke Choreo-Lab, melihat koreografi yang dibuat sedemikian rupa seperti invasi teknologi terhadap kehidupan manusia. Beberapa bagian koreografi dapat direlasikan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi lebih banyak bagian yang mengarahkan penonton untuk berkontemplasi. Tentang Dance Heginbotham Misi dari Dance Heginbotham sendiri adalah untuk menyentuh orang-orang melalui tarian. Perusahaan tari kontemporer tersebut didirikan di New York pada tahun 2011. Mereka telah berkomitmen untuk mendukung dan melestarikan hasil karya John Heginbotham dengan mengutamakan kolaborasi. Kolaborasi tersebut disemarakkan ke komunitas nasional dan internasional dengan campuran karya teater yang berdaya cipta, bijaksana, dan kuat. John Heginbotham adalah seorang koreografer, alumni salah satu sekolah seni ternama di dunia; The Juiliard School. Ia tergabung dalam Mark Morris Dance Group (1998--2012). Akan tetapi, pada tahun 2011, ia mendirikan Dance Heginbotham untuk mendedikasikan karya tari dan teaternya sendiri. Ia adalah penerima penghargaan Jacob’s Pillow Dance Award (2014) dan Jerome Robbins Foundation New Essential Works Fellowship (2010 dan 2012). Ia tidak hanya aktif membuat tarian murni, tetapi juga membuat karya untuk teater dan komersial. Selain itu, ia juga merupakan seorang staf pengajar di Princeton University. Dance Heginbotham di Indonesia Selama kunjungan yang berdurasi dua minggu, Dance Heginbotham sudah mengunjungi Jakarta, Jailolo (Maluku Utara), dan Yogyakarta. Tujuan mereka adalah untuk mempererat persaudaraan antara Amerika Serikat dan Indonesia. Sebelum pertunjukan di Salihara, Dance Heginbotham telah lebih dulu menari dan membuat beberapa lokakarya. Kelas komposisi, lokakarya tari, dan klinik produksi panggung telah dilakukan di Institut Kesenian Jakarta dan Universitas Jakarta. Lokakarya tersebut telah meraup lebih dari 150 penonton. Mereka juga telah menggelar pertunjukan di @america, Pacific Place, pada tanggal 22 Maret. Demi mempererat hubungan dan membuka wawasan, Dance Heginbotham juga pergi ke Jailolo untuk membuka lokakarya di Festival Kebudayaan Jailolo. Selain itu, mereka juga membuat kelas spesial bersama teman-teman difabel di Yogyakarta. Sebelum turnya di Indonesia, Dance Heginbotham telah lebih dulu mengunjungi Laos dan Filipina.

30 views0 comments
bottom of page