top of page

Granada Project Hadirkan Kenangan 70-80an Dengan Musikalitas Yang Terasah


Negara yang maju adalah negara yang menghargai seni dan budaya, baik kebudayaan asli bangsa itu maupun adaptasi dan pengembangan dari seni dan budaya bangsa lainnya. Musik, sebagai salah satu cabang seni mempunyai peran yang sangat penting dalam kemajuan suatu bangsa. Karya-karya seniman musik ini sangat mewarna kehidupan manusia pada jamannya masing-masing, bahkan tidak sedikit karya-karya musik yang pengaruhnya jauh melebihi masa hidup penciptanya. Demikian juga di Indonesia yang kaya akan seni dan budaya tradisi, termasuk negara maju yang sangat terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh musik dari negara lain, mulai dari musik klasik hingga musik-musik pop kontemporer yang sedang digemari. Musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masa kejayaan musik bahkan dapat dikelompokkan berdasarkan tahun, era 60-an, 70-an, 80-an dan musik masa kini yang di dalamnya dibagi lagi menjadi berbagai aliran; rock, pop, blues, funky, jazz, balada, dll. Adalah Granada Management yang mempunyai pemikiran untuk memberikan apresiasi kepada musik dan musisi era 70-80an. Denny Adhitya, Director Granada Management kemudian mencetuskan Granada Project yang merupakan kumpulan musisi handal era 70-80an. Era ini dianggap sangat penting dalam perkembangan musik Indonesia dalam hal kualitas musik maupun kemampuan musisinya. Dengan teknologi yang sangat terbatas, pada masa itu aspek musikal yang tinggi mutlak diperlukan untuk eksistensi sebuah grup band atau pemain musik. Belum ada Youtube untuk atau portal musik untuk mencari referensi, belum ada olahan musik digital, tidak ada auto tune untuk mengkoreksi akurasi vokal, Tata suara dan tata panggung pun terbilang sangat sederhana jika dibandingkan saat ini. Itu sebabnya banyak lagu-lagu populer di era 70-80an menjadi acuan dan inspirasi dalam bermusik oleh musisi-musisi muda. Seringkali terpikir, kok bisa ya dulu bikin atau maenin lagu kayak gini... Apa yang kemudian terbayang jika musisi-musisi era 70-80an berkumpul menggaungkan lagi lagu-lagu hits masa itu? Sebuah tontonan musik berkualitas dengan teknologi suara dan tata cahaya terbaru, membawa kenangan masa lalu hadir kembali, kini. Granada Project beraksi digawangi Eddy Endoh pada vokal, Harry Minggoes yang memainkan rythm gitar, Masri AP dengan sayatan gitar listriknya, Maxie Panbers mengisi nada-nada rendah dengan petikan bass, Nadjib Osman yang jemarinya masih lincah menelusuri tuts keyboard dan Noengki Sardjan menggiring ketukan nada dengan permainan drum yang masih bertenaga dan akurat. Diperkuat oleh Amiroez dan Linda Farley pada vokal, malam itu, 28 Februari 2016, Musro Club & Lounge, Hotel Borobudur seakan menjadi ajang private concert berkelas internasional. Rekan dan kerabat yang hadir semakin membuat malam itu semarak dan sangat bersahabat. Seputar Event berkesempatan meliput konser ini yang bertajuk Best Memories & Hits Of Legend 70-80. Sebagai media informasi dan liputan event, cukup banyak konser musik yang pernah tim Seputar Event liput, tetapi jika dibandingkan dengan penampilan musisi atau grup musik ngetop saat ini, harus diakui kematangan dan musikalitas yang tinggi dari Granada Project. Malam itu dibawakan lebih dari 20 lagu hits 70-80an milik musisi atau grup kenamaan dunia antara lain Uriah Heep, Carlos Santana, Procol Harum, Aretha Franklin, Stevie Wonder, Deep Purple, Otis Redding dan musisi lainnya dari berbagai genre. Beberapa lagu bahkan sering menjadi andalan dalam audisi pencarian bakat seperti X-Factor, The Voice, Britain's Got Talent dll., bukan lagu mudah dibawakan tetapi Granada Project membawakannya dengan mulus dan 'rapi'

Berikut momen-momen istimewa yang sempat tim Seputar Event abadikan:

70 views0 comments
bottom of page