top of page

War Letters and Love Poems by the Duo Alterno

Menyaksikan seorang pianis beradu kemampuan dengan seorang soprano di atas panggung? Ah, itu pastinya sudah biasa. Namun apabila penampilan keduanya dipadukan dengan video dan foto suara? Nah, itu baru luar biasa. Setidaknya, itu yang disaksikan oleh tim Seputar Event pada saat pertunjukan konser À la vie! Digelar, yang dibawakan oleh Duo Alterno asal Italia. Tampaknya konser ini tak digelar tanpa arti. Karena pertunjukan yang merupakan persembahan Kedutaan Besar Italia untuk Indonesia dan Pusat Kebudayaan Italia Jakarta (Istituto Italiano di Cultura Jakarta) ini diselenggarakan guna memperingati pecahnya Perang Dunia I dan sebuah pengharapan akan kedamaian yang akan menyelimuti bumi ini. Maka tak heran, selama kurang lebih satu jam berlangsung, Duo Alterno yang terdiri dari Riccardo Piacentini (komposer-pianis) dan Tiziana Scandaletti (soprano) ini pun menghadirkan komposisi-komposisi yang diciptakan pada saat Perang Dunia I berlangsung. Selama kurang lebih satu jam, konser yang diselenggarakan di auditorium Istituto Italiano di Cultura Jakarta, pada 11 Oktober 2015, ini mempersembahkan lima komposisi dari masa Perang Dunia I yang berpadu sangat indah dengan foto maupun puisi-puisi yang ditulis oleh para penulis kenamaan. Guna menghangatkan suasana, keduanya pun membuka pertunjukan dengan tarian yang diiringi oleh musik tango yang terkenal pada masa perang dunia berlangsung. Tak berapa lama, konser pun dimulai dengan komposisi “I Sonetti delle Fete” karya Gian Francesco Malipiero yang dibuat pada tahun 1914. Lagu yang selanjutnya dibawakan adalah “À la vie” karya Riccardo Piacentini sendiri, yang dikomposisikan tepat 100 tahun setelah Perang Dunia I dilaksanakan. Menariknya, komposisi ini dibawakan dalam dua bagian yang terpisah dan juga menjadi tema pada pertunjukan kali ini. Komposisi yang tak kalah menariknya untuk disimak adalah sebuah karya berjudul “L’adieu à la Vie,” sebuah mahakarya otentik yang ditulis pada tahun 1914-1915 oleh seorang komposer dan pianis kenamaan Alfredo Casella. Dipadukan dengan teks yang menyentuh karya seorang pemenang Nobel Sastra, seorang penyair asal India, Rabindranath Tagore, tak ayal komposisi ini pun menjadi ajang meditasi yang lembut namun sangat intens dan menghadirkan atmosfer kedamaian tersendiri bagi para pengunjung yang memenuhi auditorium. Setelah satu jam berlalu, lagu “Consolazione” karya Francesco Paolo Tosti pun dipilih untuk menutup jalannya acara. Karya yang ditulis di tengah peperangan yang berkecamuk ini sangat mengharukan dan “intim.” Bagaimana tidak, karya ini merupakan karya terakhir Francesco Paolo Tosti, yang ia ciptakan beberapa minggu sebelum ia meninggal. Sayangnya, pertunjukan pun harus berakhir yang diiringi oleh tepuk tangan meriah dari para penonton yang hadir. Tak sekadar menghibur, konser malam itu telah meninggalkan kesan serta harapan yang mendalam bagi para penontonnya. Harapan tak akan ada lagi peperangan yang terjadi dan terciptanya kedamaian yang senantiasa dirasakan di seluruh muka bumi.


58 % ​SLXLM


14 views0 comments
bottom of page