top of page

Hari Ke-8 The 15th LSPR Theatre Festival Pentaskan "Nothing Last Forever"


Seni dan budaya selalu berdampingan dengan dunia pendidikan, hal inilah yang dilakukan civitas akademika London School Public Relation dalam penghayatan seni dan budaya pertunjukkan. Menggelar acara yang bertajuk The 15th LSPR Theatre Festival disajikan 12 produksi teater sebagai hasil karya akhir mata kuliah Introduction to Performing Arts Communication. Festival teater ini diselenggarakan dua kali setiap tahunnya, kali ini dipesembahkan oleh 12 kelas Performing Arts Communication (PAC) Batch 18. Bertempat di Auditorium Prof. Dr. Djajusman dan performance hall Kampus B, LSPR Jakarta, acara ini mampu menyedot animo masyarakat lebih dari 250 orang per-harinya dalam setiap pementasan dan berlangsung sejak 2 Agustus hingga 14 Agustus 2015.

Hari ke delapan penyelengaraannya, pada 9 Agustus 2015, adalah giliran kelas 18-14 A yang unjuk gigi menampilkan kebolehan mereka dalam berteater. Dengan Rosabella Stacyana sebagai produser dan disutradarai oleh Daniel Christian, kelas 18-14 A mementaskan naskah berjudul "NOTHING LAST FOREVER" karya Ester Meilany yang diadaptasi oleh Shafira Alisya dan Nabilla Jafani. Dikisahkan, seorang gadis bernama Fransisca Webber yang hidup bahagia berdua dengan ayahnya di Virginia Barat. Gadis yang digambarkan murah senyum ini kemudian mengalami hari yang tragis saat Jericho, seorang lelaki yang dicintainya terbunuh di depan matanya. Kebahagiaannya hilang disebabkan oleh kecemburuan perempuan lain yang juga mengagumi Jericho. Senyum pun seketika memudar dari keseharian wajah Fransisca. Fransisca Webber kehilangan arah hidupnya, ia seringkali menangis, tertawa tanpa sebab, bahkan terkadang ia berteriak. Julian, ayah Fransisca hanya dapat melihat kondisi anaknya dengan perasaan sedih. Hingga pada suatu hari, prajurit Joe mencoba mendekati Fransisca. Joe dan Fransiscapun mulai menjalani hubungan.

Sayangnya hubungan mereka dilarang oleh Julian karena kekuatirannya bahwa Fransisca belum siap memulai hubungan yang baru. Tak ayal Joe kemudian membenci Julian yang dianggap menghalangi hubungannya dengan Fransisca. Joe pun menyingkirkan Julian. Kematian Julian meninggalkan bukti-bukti yang mengusik rasa ingin tahu Fransisca, hingga akhirnya Joe mengakui perbuatannya dan membuat Fransisca menyadari bahwa darah akan selalu membayangi hidupnya. Dimainkan dengan lakon dan dialog berbahasa Inggris-Amerika serta rancangan kostum khas Amerika di era 1960-an semakin memperkental susana perkampungan di Amerika. Permainan tata cahaya cukup berperan dalam mendramatisir suasana. Warna-warna bernuansa muram tampak menjadi pilihan utama seperti merah atau pun biru yang berhasil menampilkan suasana kesedihan. Selama lebih kurang 60 menit, pesan yang disampaikan lakon ini dapat ditangkap dengan baik.

41 views0 comments
bottom of page