Artikel & Foto: Isthi Rahayu
Tik tik tik... bunyi hujan di atas genting. Airnya turun, tidak terhingga. Cobalah tengok, dahan dan ranting. Pohon dan kebun, basah semua. Pernah mendengar lirik lagu tersebut, bukan? Lirik nan sederhana, namun mengena dan mudah dipahami oleh anak-anak. Ya, pastinya sewaktu kecil lagu tersebut kerap menghiasi hari-hari kita: Tik tik Bunyi Hujan karangan Saridjah Niung Bintang Soedibjo atau yang biasa disapa dengan Ibu Soed. Tik tik Bunyi Hujan hanyalah satu di antara sekian banyak lagu anak lainnya yang dulu akrab di telinga anak manapun di Indonesia. Dahulu, hingga generasi tahun 90an, anak-anak Indonesia kerap dimanjakan dengan beragam lagu yang tak hanya menghibur namun juga mendidik. Namun kini, beberapa puluh tahun berlalu, karya-karya tersebut sudah nyaris tak pernah didendangkan lagi oleh anak-anak Indonesia. Anak-anak kini lebih sering terdengar menyenandungkan lagi-lagu percintaan entah itu yang dinyanyikan oleh penyanyi dalam maupun luar negeri. Kalaupun ada anak-anak yang berusaha untuk terjun ke dunia tarik suara, lagu yang dibawakan pun tak jarang menyinggung tentang percintaan. Oleh karena itu, maka jangan heran jika tiba-tiba anak-anak kita yang masih di bawah umur bernyanyi: “Hei kamu hatiku dag dig dug. Saat aku melihatmu, ku tarik panjang nafasku. Mantapkan langkahku untuk mendekatimu. Langsung ku tanya maukah kamu jadi pacarku. Kau bingung, ”kenapa kamu suka sama aku?” Hal ini tentunya membuat banyak pihak prihatin, yang salah satu di antaranya adalah Tjut Nyak Deviana Daudsjah, seorang pianis, vokalis, arranger, dan konduktor. Dalam rangka melestarikan lagu anak Indonesia yang kini kian langka, maka wanita yang menyandang gelar profesor di bidang musik itu pun menggelar pertunjukan konser piano bertajuk Tales of Indonesia Vol. 2 yang berlangsung di Galeri Indonesia Kaya, pada 13 Juni 2015.
“Seperti yang kita ketahui, pada saat ini kita memang perlu menghidupkan kembali lagu anak Indonesia yang mungkin sudah mulai terlupakan. Karya tokoh musik Indonesia seperti AT Mahmud dan Ibu Soed ini sudah semestinya kita lestarikan bersama, demi perkembangan karakter anak-anak di Indonesia. Dengan adanya pertunjukan kali ini, kami berharap tokoh-tokoh musik Indonesia di era ini terpicu untuk melestarikan lagu anak Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. Selama kurang lebih 60 menit, Tjut Nyak Deviana Daudsjah memainkan 10 lagu anak-anak Indonesia yang diaransemen ulang ke dalam berbagai gaya modern. Maka tak heran, jika lagu Burung Kutilang, Lihat Kebunku, Hai Becak, Soleram, Tik tik Bunyi Hujan, Pelangi, Cublak-cublak suweng, Potong Bebek Angsa, Naik Kereta Api, dan Burung Hantu sore itu dibawakan berbeda dari aransemen aslinya, namun masih mudah untuk dinikmati oleh para penonton yang memenuhi auditorium Galeri Indonesia Kaya.
“Pada konser Tales of Indonesia Vo. 2 ini saya lebih memerhatikan lagu anak Indonesia. Pada saat ini banyak sekali anak Indonesia yang lebih hafal lagu tentang putus cinta atau semacamnya, yang tentu secara tidak langsung akan memengaruhi cara berfikir anak-anak. Karena inilah saya merasa terpanggil untuk mengajak kita semua bersama-sama melestarikan lagu anak Indonesia,” jelas Tjut Nyak Deviana Daudsjah.