top of page

Penutupan Gelaran Helatari oleh Pementasan Lengger Laut

Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza

Sebuah tradisi budaya nusantara kembali dipentaskan oleh Komunitas Salihara dalam sebuah rangkaian festival tari yang bertajuk “Helatari 2015.” Acara yang telah dihelat sejak 30 Mei 2015 ini, pada 7 Juni 2015 ditutup dengan apik oleh pementasan tari “Lengger Laut” yang diproduksi oleh Oneil Dance Community. Helatari sendiri merupakan ajang tahunan yang menyediakan ruang bagi kesenian tari tradisi maupun kontemporer. Acara yang digelar selama sepekan lebih ini juga turut menghadirkan grup penari dan karya tari seperti Indra Zubir Dance, Atilah Soeryadjaya, Komunitas Seni Sigma Dance Theatre, dan Oneil Dance Community. Tepat pada pukul 20.00 WIB, tirai terbuka menandakan pementasan segera dimulai. Sontak pandangan tim Seputar Event tertuju pada sosok kekar yang mengenakan kebaya merah berbalut selendang kuning. Laki-laki? Ya, seorang laki-laki tampak mengenakan sebuah kebaya merah berbalut selendang kuning lengkap dengan konde khas Jawa Tengah di kepalanya. Gerakan nan luwes yang melebihi para penari wanita yang dipadukan dengan monolog berbahasa Jawa yang cukup fasih tak ayal membuat para penonton yang memenuhi venue terkesima.

Tarian Lengger Laut karya Otniel Tasman, Sang peraih Hibah Seni Kelola 2014, mengibaratkan lakon ini bagai gelombang samudra. Lebih jauh lagi, sang koreografer yang juga sekaligus penari ini menguraikan tentang lakon yang diangkat dari kisah lengger lanang terakhir, Dariah. Pementasan ini dipersembahkan untuk seorang penari lengger laki-laki dari Banyumas yang berusia 85 tahun atas dedikasinya dalam melestarikan tradisi. Dariah yang memiliki nama lahir Sadam ini juga pernah mendapatkan sebuah penghormatan dari mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 2012 dan mengangkat Dariah sebagai maestro tari. Biasanya tari lengger dibawakan oleh perempuan. Namun, kali ini ditarikan oleh enam orang laki-laki—cross-gender. Gelaran tari Lengger Laut ini tidak semata membawakan koreografi tari yang sudah ada, melainkan Otniel dan kawan-kawan juga menginterprestasikan tari dalam konteks terkini lengkap dengan beragam dagelan khas Jawa Tengah-an. Hal ini diupayakan Otniel untuk mengembangbiakkan lengger lanang. Tujuan adanya cross-gender ini bukan sekadar untuk dihidupkan, melainkan juga mengenalkan bentuk baru pertunjukan lengger yang ditarikan oleh para pria—cross-gender. Selain Otniel, Lengger Lanang juga melibatkan Dede Ari Prabowo, Riyo Tulus Pernando, Shandydea Cahyo Narpati, Bagus Pulung, Aji Iswahyudi (penari), Waluyo, Bagus Tri Wahyu Utomo (komposer), Cahwati S.Sn, Sigit Siklon, Iswanto, Angger (pemusik). Tak ketinggalan, Joko Sriyono (lighting), Yanuar (artistik, properti), Erika Dianingtyas(kostum, make up), Ika Nurdita Larasati (manajer), dan Hana Yuliyanti (produksi).

95 views0 comments
bottom of page