Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza
Peny Pujiati menyimpan mimpi demikian rapi dalam ingatan sampai terbangun keesokan paginya. Ingatan itu terus menggedor-gedor hingga Peny tuangkan dalam gambar bermedia pulpen Boxy biru di atas blocknote berukuran 12×10 cm. Gambarnya detail dengan ketelatenan yang luar biasa dalam mengisi satu bidang gambar. Gambar-gambar yang berisi mimpi Peny Pujiati ditampilkan dalam pameran bertema Sogni d’Oro (Mimpi Indah) di Pusat Kebudayaan Italia, Jakarta, 17--24 April 2015. Selain gambar, dipamerkan pula foto-foto dari perjalanannya ke Italia pada Februari 2015. Peny Pujiati adalah fotografer di bidang periklanan. Menggambar adalah hobinya. Dia belajar fotografi di Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti (angkatan masuk 2001), berlanjut di Kelas Pagi Jakarta Anton Ismael angkatan ke-2 pada 2007. Peny kemudian belajar bahasa Italia di Pusat Kebudayaan Italia, Jakarta, mulai 2008 dan mendapat beasiswa untuk mendalami bahasa Italia langsung ke negara asalnya pada Januari-Maret 2010. Peny mengulang kunjungannya ke Italia pada 2012 dan 2015. Sogni d’Oro adalah pamerannya yang ketiga. Pada 2010, Peny pernah menggelar pameran fotografi bertajuk Cartoline dall’Italia (Kartu-kartu Pos dari Italia) di Pusat Kebudayaan Italia, Jakarta. Acara ini menjadi ajang inisiasi seninya, terutama sebagai penerima beasiswa dari Pemerintah Italia yang memberinya kesempatan tinggal dan mengalami perjalanan seni serta spiritual di Italia. Pameran solo lainnya, Biroe, pada Februari 2015, berlangsung di Third Eye Space Studio, Jakarta, sebagai penanda Peny bukan semata-mata sebagai “tukang gambar,” melainkan terutama sebagai fotografer, dan menampilkan transformasi artistiknya. Sogni d’Oro menuturkan kisah-kisah dalam mimpinya, beberapa berlangsung di Italia. “Mimpi saya kadang kala absurd,” ujar Peny usai pembukaan pameran, Jumat 17 April 2015. Ucapan itu seakan merangkum sekaligus merupakan benang merah karya-karya.
Peny kini menjadi seniman multitalenta, karyanya unik dengan sentuhan hangat, idealis, penuh keterbukaan, dan sarat akan nilai berbagi. Foto-foto hitam putihnya lebih bersifat kontemplatif. Sebaliknya, foto-foto berwarnanya, sebagian diambil menggunakan ponsel pintar, menunjukkan cerianya seorang turis, seorang asing yang punya kesan mendalam pada Italia. “Mimpi bukanlah sesuatu yang tiada guna,” demikian tertulis dalam katalog pameran. Sebaliknya, dengan berbagi mimpi dapat menginspirasi orang lain, penikmat karyanya. Perjalanan Peny adalah perjalanan khayal sekaligus nyata yang mengantarkan pesan artistik dari satu nuansa.