Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza
Alih wahana sastra sinema dewasa ini kian merebak di Industri film Indonesia. Karya sastra Indonesia seringkali dijadikan inspirasi oleh para pelaku seni dalam berkarya. Salah satunya adalah film “Bulan di Atas Kuburan,” yang merupakan adaptasi film dengan judul yang sama karya Asrul Sani dan terinspirasi dari puisi berjudul Malam Lebaran karya Sitor Situmorang. Galeri Indonesia Kaya bersama dengan MAV Production Asia mempersembahkan sebuah Dramatic reading “Bulan di Atas Kuburan” di Auditorium Galeri Indonesia Kaya pada 4 April 2015 lalu. Dengan adanya dramatic reading film Bulan di Atas Kuburan yang ditampilkan oleh tiga artis berbakat Indonesia, Atiqah Hasiholan, Ria Irawan dan Mutiara Sani, diharapkan para penonton semakin mengenal dan kembali mencintai warisan budaya Indonesia yang harus terus lestarikan.
Dalam dramatic reading yang berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam tersebut, Atiqah, Ria dan Mutiara yang merupakan pemeran film Bulan di Atas Kuburan ini menggabungkan media audio visual dengan monolog yang apik serta dihiasi dengan penggalan-penggalan adegan film karya sutradara Edo WF Sitanggang. Dengan nuansa yang berbeda dari film, ketiga perempuan itu membawa penonton untuk melihat beragam konflik dan kenyataan hidup di zaman sekarang. “Bulan di Atas Kuburan” adalah sebuah film nasional Indonesia yang dirilis pertama kali pada tahun 1973 disutradarai oleh Asrul Sani. Tahun ini, film tersebut diproduksi ulang dengan mengangkat tema yang sama, namun disesuaikan dengan kehidupan masa kini. Dirilis pada tanggal 16 April mendatang, film ini menceritakan tentang tiga sahabat yang merantau ke Jakarta dari kampung halamannya di Samosir, Sumatera Utara, untuk meraih impian. Sesampainya di Jakarta mereka dihadapkan dengan kenyataan hidup yang bukan hanya merebut persahabatan mereka, tapi juga kemanusiaan mereka. Kisah dalam dramatic reading ini masih sangat relevan dengan kondisi sekarang, mulai dari keadaan sosial, percintaan, politik, dan urbanisasi yang kental dengan kehidupan Ibu Kota. Dengan membuat ulang film Bulan di Atas Kuburan, Edo Sitanggang ingin menyampaikan pesan yang disampaikan sutradara sebelumnya kepada generasi muda saat ini. Meski ada perubahan dari naskah asli, ia tidak pernah meninggalkan keaslian ceritanya, hanya mengemas dengan konsep yang lebih modern sehingga para penonton bisa lebih memahami jalan ceritanya.