top of page

Mengejar Sang Pujaan di Monolog Mas Joko

Artikel & Foto: Dokumentasi Galeri Indonesia Kaya

Hari ini Galeri Indonesia Kaya mempersembahkan pertunjukan Monolog Mas Joko, karya Remy Silado, yang dibawakan oleh seniman Jose Rizal Manua. Dalam monolog ini, Jose Rizal Manua akan menunjukkan kepiawannya memerankan karakter Mas Joko yang sedang jatuh cinta dan berusaha keras menggapai cintanya tersebut. “Jose Rizal Manua merupakan seniman yang sangat aktif dibalik layar untuk menciptakan karya-karya yang berkualitas. Beliau juga termasuk salah satu penyair Indonesia yang berperan dalam melestarikan budaya Indonesia, bahkan turut membina kreatifitas generasi muda dengan mendirikan teater anak-anak. Saya yakin pertunjukan yang ditampilkan kali ini akan sangat menghibur dan dinanti oleh para penikmat seni,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.

Pertunjukan yang berlangsung selama 50 menit ini menampilkan latar belakang bangunan apartemen dan berkisah tentang Mas Joko, seorang kakek berumur 50 tahun lebih yang sedang jatuh cinta pada perempuan 20 tahun dengan wajah bunder seperti bulan sedang menggunakan payung. Perempuan itu bekerja di bagian keuangan real estate dan tinggal sendirian di apartemen lantai 19. Pada suatu hari lift gedung itu macet akibat korslet, keruan saja persoalan ini membuat mas Joko kesal dan geram. Tapi Mas Joko termasuk lelaki ulet sekaligus kepala batu yang tak mau menyerah begitu saja kepada perjalanan nasib. Dengan susah payah dia memaksakan kakinya menaiki tangga sembari terus mengeluh. Dalam perjalanannya dari lantai 7 sampai di lantai 19 mas Joko memakan waktu hingga 3 jam. Mas Joko menuju tempat dimana orang yang dicintai berada.

“Demikian sedikit cuplikan cerita monolog mas Joko. Sebuah kisah sederhana tapi penuh makna, dikemas dengan penuh humor dan satire, agar masyarakat dapat langsung mencerna dan tentunya terhibur,“ ujar Jose Rizal. Monolog Mas Joko karya Remi Sylado merupakan salah satu pertunjukan dari pementasan "Meniti 77" Mengalir dalam kehidupan oleh Amoroso Katamsi. Terselenggara berkat kerjasama Pusat Kesenian Jakarta bekerja sama dengan kelompok 77, yang menampilkan monolog dan lagu-lagu yang dikemas dengan multimedia sebagai penjalin kisah.

Jose Rizal Manua merupakan seorang seniman dan pujangga yang mendirikan sebuah teater anak-anak yang dinamakan Teater Tanah Air. Kelompok teater yang dipimpinnya ini berhasil menjadi juara pertama pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 yang diadakan pada 14-22 Juli 2006 di Lingen, Jerman. Sebelumnya, ia juga pernah mendirikan kelompok teater lain bernama Teater Adinda (1975) bersama Yos Marutha Effendi dan Bengkel Deklamasi Jakarta (1986). Selain itu, Jose Rizal Manua sempat menjadi pemeran dan pengisi suara di beberapa film. ----- Sekilas Galeri Indonesia Kaya (GIK) Galeri Indonesia Kaya merupakan ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan Indonesia sebagai wujud komitmen Bakti Budaya Djarum Foundation untuk terus memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan Indonesia khususnya generasi muda agar tidak kehilangan identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Ruang publik yang berlokasi di West Mall Grand Indonesia Shopping Town lantai 8 ini merupakan yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dalam memadukan konsep edukasi dengan digital multimedia untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia, khususnya bagi generasi muda, dengan cara yang menyenangkan, terbuka untuk umum, dan tidak dipungut biaya. Konsep desain mengangkat ke-khas-an Indonesia dalam kekinian diangkat di dalam interior seperti rotan, motif parang, bunga melati, batok kelapa dan kain batik tulis dari 12 daerah sebagai ornamen. Secara keseluruhan, terdapat 12 aplikasi yang bisa ditemukan di GIK, antara lain: Sapa Indonesia, Video Mapping, Kaca Pintar Indonesia, Jelajah Indonesia, Selaras Pakaian Adat, Melodi Alunan Daerah, Selasar Santai, Ceria Anak Indonesia (Congklak), Layar Telaah Budaya (Surface), Arungi Indonesia, Area Peraga, dan Fantasi Tari Indonesia. Tempat seluas 635 m² ini juga memiliki auditorium yang didukung fasilitas modern sebagai sarana bagi pelaku seni maupun masyarakat umum untuk menampilkan berbagai kesenian Indonesia dan kegiatan lainnya secara gratis, termasuk pengunjung dan penontonnya. Setiap pelaku seni memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan auditorium, baik untuk latihan maupun pertunjukan. Jumlah pengunjung di GIK pada bulan Januari kemarin mencapai angka 4.513 pengunjung dan 937 penikmat seni. Kegiatan yang diadakan di GIK terdiri dari pertunjukan film, talkshow, press conference, photoshoot, sastra, seni peran, tari, fashion show dan pertunjukan musik. Untuk dapat menggunakan semua fasilitas tersebut, masyarakat hanya perlu mengirimkan proposal program dan kegiatan kepada tim GIK. Proses kurasi serta pengaturan jadwal pementasan dan promosi ditangani langsung oleh tim internal untuk kemudian dipilihlah program-program yang sesuai dengan konsep GIK. Mencintai budaya adalah wujud rasa bangga dan cinta kita terhadap Indonesia, karena yang menyatukan bangsa adalah budaya. Cinta Budaya, Cinta Indonesia.

87 views0 comments
bottom of page