top of page

IIC Jakarta Presents Artist's Talk by Luigi Ontani

Artikel & Foto: Isthi Rahayu

Luigi Ontani. Masukkan nama tersebut dalam mesin pencari web, dan Anda akan menemukan serentetan karya bernafas kontemporer yang dibalut dalam berbagai ungkapan, mulai dari patung, lukisan, fotografi, hingga pertunjukan. Ya, tak salah rasanya jika Luigi Ontani didapuk sebagai salah satu tokoh penting seni rupa dalam empat dekade belakangan ini. Karena sejak akhir tahun 60-an, sosok multifaset ini seakan tak pernah absen berkarya mengekspresikan dirinya melalui beragam wujud artistik. Bali, tepatnya di Kayu, cabang Lucie Fontaine, menjadi tempat yang dipilih oleh Luigi Ontani untuk menggelar pameran tunggalnya yang diberi tajuk “IdeTriBali” pada 17 Maret hingga 8 April 2015. Namun sayang, tak semua penikmat seni yang penasaran akan karya-karya Luigi Ontani berkesempatan untuk mengunjungi pameran tersebut... termasuk tim Seputar Event. Maka ketika undangan menghadiri Artist’s Talk bersama Luigi Ontani yang dilayangkan oleh Pusat Kebudayaan Italia Jakarta atau yang juga biasa disebut dengan Istituto Italiano di Cultura Jakarta (IIC Jakarta) tiba di meja redaksi Seputar Event, tanpa pikir panjang tim Seputar Event pun menyambangi pusat kebudayaan yang terletak di Jln. H.O.S Cokroaminoto, Menteng, tersebut.

Sedikit bergulir dari pukul 14.00 WIB, reporter Seputar Event sudah berada dalam ruang serbaguna IIC untuk menghadiri Artist’s Talk. Tak berapa lama menunggu, Luigi Ontani yang berbalut jas berwarna biru pun memasuki ruangan. Yang menarik pada penampilannya hari itu, ia membawa sebuah topeng berwarna biru yang langsung ia kenakan di hadapan para undangan yang hadir. Ya, topeng memang menjadi salah satu wujud yang ia pilih untuk mengekspresikan diri. Bagi seniman ini, topeng adalah lambang dan metafora, obyek yang “tidak sepenuhnya menutupi; mengusung simbol lain yang tidak dapat diungkapkan indera kita.” Minatnya pada topeng dimulai sejak tahun 70-an dan minat ini terkait dengan ketertarikan Luigi Ontani pada Commedia dell’arte serta tokoh-tokohnya. Topeng pulalah yang mengantarkan Luigi Ontani berkeliling ke seluruh dunia untuk melakukan riset mengenai topeng dan membuatnya mengidentifikasikan diri dengan ekspresi budaya di Tyrol, Lecce, Venesia, Faenza, Vietri, Burkina Faso, Mali, Meksiko, New Mexico, Guatemala, Jepang, Yaman, Nepal, India, Sri Lanka, Kampuchea, dan Indonesia (Bali). Pada Artist’s Talk kali itu, Luigi Ontani yang ditemani oleh Marco Cassani perwakilan dari Lucie Fontaine dan Qissera el Thirfiarani dari IIC memaparkan tentang karya-karyanya, di antaranya Tableau Vivant, berupa karya seni dalam bentuk foto dan video dimana Luigi Ontani menggambarkan dirinya dalam berbagai bentuk ikon-ikon antik yang diambil dari ranah seni, agama, mitologi, maupun sejarah.

Pada kesempatan tersebut—tentunya—Luigi Ontani juga menyinggung tentang pameran tunggal yang akan digelar: IdeTriBali. IdeTriBali tersusun dari empat kata: Ide, Ideal, Tribal, dan Bali. Kata ini menekankan intensitas jiwa dan raga. Bali sendiri bukan lagi tempat yang asing bagi Luigi Ontani. Sejak 1981, Luigi Ontani sudah bekerja sama dengan beberapa pengrajin Bali berbakat seperti Ida Bagus Anom, I Wayan Tangguh dan putranya, Sukarya, serta Made Lopang, yang membuatkan topeng-topeng untuknya. Di samping itu, Ontani juga mengatakan bahwa Bali memiliki makna khusus di hatinya. Berdasarkan alasan tersebut, Luigi Ontani bersama staf Lucie Fontaine di Bali menyelenggarakan pameran ini sebagai tanggapan terhadap lingkungan sekitar.

Pameran tersebut tak hanya digelar di ruang Kayu, namun juga di keenam rumah joglo di kompleks Rumah Topeng dan Wayang, menyandingkan koleksi permanen bersejarah di sana dengan pameran Luigi Ontani yang mencakup karya-karya berbentuk topeng, wayang kulit, serta tayangan Tableau Vivant. Empat pertujunjukan yang juga akan dilangsungkan di tempat yang berbeda pada kompleks tersebut adalah Ogoh-Ogoh, Pertunjukan musik, Tavolozza RifioRITO, dan Wayang kulit.

Ogoh-Ogoh sendiri biasa dibuat untuk parade Ngrupuk yang berlangsung pada malam sebelum Nyepi di Bali. Namun ada yang berbeda dari Ogoh-Ogoh Ontani. Karena Ogoh-Ogoh rancangan keempatnya ini akan berbentuk piramida manusia dengan beberapa unsur praktik Ontani, misalnya Grillo Dante. Ogoh-Ogoh ini akan diarak oleh dua puluh orang laki-laki mengelilingi kompleks Rumah Topeng dan Wayang pada pembukaan pameran.

Untuk pertunjukan musik sendiri, pada kesempatan ini akan tampil dua penyanyi Bali, Bogam dan Suparsa, yang akan tampil dengan latar yang diciptakan oleh Luigi Ontani. Tavolozza RifioRITO, salah satu bagian karya terbaru Ontani yang didasari pertunjukan, akan melibatkan dua belas orang yang akan mengenakan topeng Ontani. Sedangkan untuk Wayang Kulit, yang dijadikan acara penutup malam pembukaan pameran, akan dimainkan oleh Candra Mas, sanggar wayang kulit anak-anak Bali yang bekerja sama dengan Ontani untuk pameran ini. Pertunjukan wayang yang mencampur kisah tradisional Arjuna dan unsur kontemporer sang seniman ini akan didalangi oleh I Wayan Candra Yana Anom.

Sungguh sayang memang, tim Seputar Event belum berkesempatan menyaksikan secara langsung pameran tersebut. Namun dengan adanya Artist’s Talk sore itu, paling tidak rasa penasaran tim Seputar akan karya-karya Luigi Ontani sedikit terpuaskan.

Bagi para pembaca yang tertarik untuk mengunjungi pameran ini, sila kunjungi laman www.kayu- luciefontaine.com untuk informasi lebih lanjut.

37 views0 comments
bottom of page