top of page

Komunitas Salihara Persembahkan Pentas Mahabharata Bab II

Artikel & Foto: Isthi Rahayu

Yaksha: Who makes the sun to rise and ascend in the skies? Who moves around the Sun? Who makes the sun set in the horizons? What is the true nature of the Sun and where is the sun established? Yudhistira: Brahma makes the sun rise and ascend. The Gods perambulate about the Sun. The Dharm sets the Sun. Truth is the actual Sun and the Sun is established in truth only. Hingga saat ini, tim seputarevent.com yang berkesempatan untuk meliput Pentas Mahabharata Bab II di Teater Salihara, Jakarta, masih terngiang-ngiang dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Yaksha Prashna saat Yudhistira hendak meminum air di danau yang beracun. Hingga tulisan ini diturunkan pula, tim seputarevent.com masih terkenang dengan pementasan dancing theater garapan Hiroshi Koike yang dikemas secara apik, unik, dan terbilang istimewa tersebut.

Hari Jumat, 23 Januari 2015. Langit seakan memiliki stok air berlebih sehingga hujan turun tiada henti sepanjang hari. Namun hal itu tak lantas membuat tim seputarevent.com meluruhkan niatnya untuk meliput pagelaran yang didukung oleh Asia Center dan The Japan Foundation tersebut. Karena, poster yang menyebutkan jika proyek ini merupakan kolaborasi antara seniman Jepang, India, Thailand, Malaysia dan Indonesia pastinya menjanjikan pementasan yang "berbeda" dengan pentas Mahabharata kebanyakan.

Kendati pementasan baru diselenggarakan pada pukul 20.00, namun sejak pukul 19.00 area seputar Teater Salihara sudah dipenuhi oleh para penonton yang menunggu dibukanya pintu teater dengan tertib. Saat yang dinanti pun tiba. Tepat pada pukul 20.00 pintu teater dibuka, dan pada 20.15 lampu pada teater pun dipadamkan. Delapan orang pelakon memasuki panggung teater black box pertama di Indonesia tersebut dan mulai menghipnotis satu persatu penonton yang hadir untuk masuk ke dalam lakon yang mereka mainkan. Kisah Mahabharata Bab II menceritakan bagian Wanaparwa, yaitu ketika para Pandawa diasingkan selama 13 tahun setelah kalah berjudi. Alkisah, pada zaman dahulu kala Raja Pandu yang menguasai Hastinapura dan dua orang ratunya, Kunti dan Madrim, memiliki lima orang putra yang disebut dengan Pandawa lima. Kelima putra tersebut adalah Yudhistira, Arjuna, Bima, Nakula, dan Sadewa. Pandawa lima memiliki sepupu bernama Duryudana dan 99 adiknya yang selalu berusaha merebut tahta Dinasti Kuru dari tangan Pandawa Lima. Akhirnya, niat jahat pun muncul dalam benaknya untuk menyingkirkan para Pandawa beserta ibunya.

Untuk menguasai harta Pandawa Lima, Duryudana pun mengundang Yudhistira untuk bermain judi yang merupakan ide dari Arya Sangkuni, paman Duryudana yang terkenal licik dan jahat. Pada ajang judi kali itu, Arya Sangkuni berperan sebagai bandar judi yang dengan kesaktiannya membuat Yudhistira selalu kalah dari permainan tersebut. Mulai dari taruhan senjata perang, harta kerajaan, prajurit, hingga akhirnya Yudhistira mempertaruhkan istri nya, Drupadi. Karena kalah, Drupadi yang dijadikan bahan taruhan pun akhirnya diseret dan rambutnya ditarik hingga ke arena judi tempat Yudhistira dan para Pandawa lainnya berkumpul. Karena kalah, para Pandawa Lima dan Drupadi pun diminta untuk menanggalkan pakaiannya yang sontak ia tolak mentah-mentah. Durasasana, adik dari Duryudana pun menarik kain yang dipakai oleh Drupadi. Namun ajaibnya, kain tersebut terulur-ulur terus tiada habisnya karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Krisna. Pada momen inilah Hiroshi Koike menyuguhkan arahannya yang terbilang cukup unik. Pada momen tersebut, kain yang terulur dari tubuh Drupadi diinterpretasikan dengan kain berwarna merah yang pastinya langsung menarik perhatian para penonton. Drupadi pun merasa dipermalukan. Ia akhirnya bersumpah untuk tidak menggelung rambutnya sebelum dikeramasi oleh darah Dursasana kelak.

Cerita pun semakin bergulir hingga akhirnya para Pandawa mengasingkan diri selama 12 tahun dan hidup dalam masa penyamaran selama setahun. Setelah masa pengasingan selesai, sesuai dengan perjanjian, para Pandawa kembali untuk mengambil alih kerajaan dari Duryudana. Namun karena sifat jahatnya, ia tak mau menyerahkan kerajaan sehingga pertempuran selama 18 hari penuh pun tak dapat dielakkan lagi. Setelah memakan korban banyak satria, para Pandawa Lima pun memenangkan pertempuran dan Yudhistira didapuk sebagai Raja Hastinapura.

Sungguh, selama hampir dari dua jam pertunjukan, emosi tim seputarevent.com dibawa naik turun oleh para pemain yang berlakon. Hiroshi Koike mengemas pementasan ini dengan detail-detail yang istimewa, sebut saja penggunaan topeng Bali yang berbeda-beda untuk menentukan karakter para pelakon dan celetukan humor segar yang langsung disambut oleh tawa para penonton. Selain itu, hal yang juga menarik dari pementasan ini adalah diselipkannya koreografi tarian Bali yang cukup kental terasa terlebih pada adegan ketika Bima bertemu dengan Anoman saudara tunggal Bayu yang mengajarkan berbagai ilmu kesaktian kepadanya di hutan.

Sugoi Hiroshi San! Mahabharata Bab II yang telah Anda bawa ke Indonesia kali ini telah menghadirkan salah satu epos terbesar dunia perwayangan yang dikemas jauh dari kata membosankan.

29 views0 comments
bottom of page