top of page

Drama Semar Mendem: Wayang, Hip Hop & Dagelan Politik

Artikel: Eko Rahmanto | Foto: M. Haris & Alkindi

Setelah sukses menyuguhkan drama bertajuk "Matinya sang Maestro" dan "Roman Made in Bali," forum budaya besutan Butet Kertaradjasa, Indonesia Kita, kembali menampilkan drama karyanya yang kali ini diberi judul "Semar Mendem." Drama yang kental mengusung pesan ke-Indonesia-an ini dipentaskan pada 7-8 November 2014 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Kisah "Semar Mendem" (Semar Mabuk, red) mengangkat cerita mengenai rakyat yang sedang dilanda kebingungan ketika diselenggarakan pemilihan pemimpin. Tokoh-tokoh yang digambarkan disini, di antaranya Semar (Butet Kartaradjasa) dewa yang dikenal arif dan bijaksana, Susilo (Susilo Nugroho), Petruk (Joened Angkringan), Gareng (Gareng Rakasiwi) dan Bagong (Wisben Antoro).

Semar Mendem 2014 (1).JPG

Kisah "Semar Mendem" ini sangat relevan dengan situasi bangsa Indonesia yang sempat dibingungkan dengan banyaknya tokoh yang merasa menjadi pemimpin terpilih. Melalui pementasan ini Indonesia Kita mendorong masyarakat untuk saling memahami, membuka diri dan pikiran, agar sama-sama mencari tahu siapa sesungguhnya pemimpin sejati yang ditunggu itu," ungkap Agus Noor sang sutradara.

Pertujunjukan kali itu semakin menarik dengan keterlibatan Jogja Hip Hop Foundation yang melalui lagu-lagu mereka turut mengilustrasikan jalannya cerita. Grup Hip Hop asal Yogyakarta yang tengah merayakan hari jadinya yang ke-10 tahun ini terbilang unik, karena selalu menciptakan lagu yang erat dengan kehidupan masyarakat Jogja dan selalu menyisipkan ragam instrumen tradisional Jawa ke dalam musik mereka.

Semar Mendem 2014 (9).JPG
Semar Mendem 2014 (4).JPG
Semar Mendem 2014 (3).JPG
Semar Mendem 2014 (2).JPG
Semar Mendem 2014 (5).JPG
Semar Mendem 2014 (7).JPG
Semar Mendem 2014 (12).JPG
113 views0 comments
bottom of page